Welcome To My Blog...

Haiiii,,,Haiiii,,Salam Kenal Dari Aku, Untuk Para Pengunjung Blog Ini Yach,,,Selamat Membaca ,,,,
Tampilkan postingan dengan label PENGETAHUAN UMUM. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label PENGETAHUAN UMUM. Tampilkan semua postingan

Senin, 05 September 2011

Pap Smear untuk Kanker Serviks

Kanker serviks merupakan mimpi buruk bagi setiap wanita. Dan seseorang yang divonis penyakit ini biasanya tidak akan mengalami gejala hingga kanker ini berlanjut dan menyebar. Gejala-gejala penyakit ini meliputi pendarahan pada vagina terutama setelah melakukan hubungan seksual, nyeri panggul, dan keluarnya cairan pada vagina.
      Serviks atau saluran pintu masuk menuju rongga rahim, terdiri dari otot dan terletak di dalam vagina. Bagian dalam serviks dilapisi oleh sel-sel kolumnar sedangkan bagian luar serviks dilapisi oleh sel-sel skuamosa. Pada sel-sel skuamosa inilah tempat berawalnya kanker serviks terjadi, di mana akan terjadi perubahan-perubahan abnormal (displasia) di dalam sel ini.
      Perubahan-perubahan abnormal pada sel ini terdiri dari tiga tahap. Tahap pertama disebut CIN I di mana hanya sedikit sel yang menjadi abnormal. Tahap kedua disebut CIN II atau displasia sedang, di mana perubahan abnormal terjadi di setengah dinding serviks. Dan tahap ketiga atau CIN III, displasia semakin berat karena seluruh sel pada dinding serviks mengalami perubahaan abnormal dan jika tidak segera diatasi akan berlanjut menjadi kanker serviks.
      Sebagian besar kanker serviks disebabkan oleh HPV (Human Papillomavirus). HPV merupakan virus DNA jenis double-stranded yang tergolong ke dalam genus Papillomavirus dari famili Papillomaviridae dan termasuk jenis keluarga virus besar. HPV sangat sering terjadi pada pria dan wanita, dan di antara virus-virus ini ada yang memicu timbulnya lesi lebih awal, lebih sering dan mengganggu seperti kutil genital, kanker orofaringeal, dan recurrent respiratory papillomatosis (RRP atau paparan virus yang menyerang anak saat dalam proses persalinan).
      Untuk mendeteksi dan mengatasi perubahan abnormal pada serviks sebelum berkembang menjadi kanker, terdapat suatu pemeriksaan yang diberi nama Pap Smear. Pap Smear merupakan bagian dari pemeriksaan panggul dan dapat mendeteksi adanya displasia sel-sel serviks dan bentuk awal kanker serviks yang belum menyebar. Sebuah penelitian di Afrika menunjukkan bahwa dengan pemeriksaan ini dapat mengurangi terjadinya kanker serviks sebesar 70%. 

      Dalam pemeriksaan Pap smear terbagi menjadi dua metode, yaitu metode lama dan baru. Metode lama Pap smear pemeriksaannya dilakukan menggunakan spekulum untuk membuka vagina, lalu contoh sel-sel dari bagian dalam dan sekitar serviks diambil dengan sikat, spatula atau swab. Selanjutnya hasil contoh sel itu dioleskan pada kaca objek untuk skrining. Sedangkan teknologi baru pemeriksaan ini mengunakan cairan (new liquid-based technology), di mana akan diambil juga contoh sel-sel dari bagian serviks dan kemudian dimasukkan ke dalam botol kecil berisikan cairan pengawet untuk selanjutnya diproses di laboratorium. 

      Sebagian besar wanita yang sudah didiagnosa kanker serviks tidak pernah menjalani Pap Smear sebelumnya atau tidak melakukan tindak lanjut setelah mendapat hasil Pap Smear yang abnormal. Begitu pentingnya pemeriksaan Pap Smear ini, terlebih bagi wanita yang atau telah aktif secara seksual, dan berusia antara 20-65 tahun. Jika hasil pemeriksaan Pap Smear telah dilakukan tiga kali berturut-turut dan menunjukkan hasil negatif, maka pemeriksaan ini dianjurkan untuk diulang setiap 2-3 tahun sekali.

Waspadai Virus Rubella Bagi Ibu Hamil

Bukan hanya Virus Toksoplasma yang menghantui ibu hamil, namun ada sebuah virus yaitu Rubella yang juga sangat berbahaya bagi ibu hamil. Virus Rubella memang tidak hanya menyerang ibu hamil, tetapi efek yang diakibatkan virus ini patut diwaspadai oleh ibu hamil karena bisa menyebabkan keguguran, terganggunya perkembangan pada janin, hingga terjadinya kelainan saat proses kelahiran. Dan terakhir, ada dugaan sementara bahwa Virus Rubella yang menyerang ibu hamil dapat menyebabkan anak mengalami autisme.
      Untuk itu sebelum merencanakan kehamilan ada baiknya Anda mendeteksi terlebih dahulu ada tidaknya virus ini dalam tubuh dengan melakukan serangkaian tes yang disebut tes TORCH. Namun bagi seorang ibu yang sudah terkena Virus Rubella sebelum hamil maka ketika hamil ia malah memiliki kekebalan tubuh terhadap virus tersebut, kekebalan tubuh si ibu terhadap Virus Rubella itu akan ikut masuk ketubuh janin dengan begitu, janin tidak akan terkena Rubella hingga kemudian si anak lahir dan berusia satu tahun.
      Rubella atau biasa disebut Campak Jerman berbeda dengan campak biasa yang hanya menyerang saluran pernapasan dan terkadang menyerang sel saraf juga. Rubella dapat menyerang bagian saraf atau otak yang kemudian manifestasinya baru kebagian kulit ditandai dengan timbul bercak merah seperti campak biasa.Virus Rubella biasanya hidup didaerah tropis, subtropis, atau juga pada daerah yang memiliki musim semi. Virus ini akan mati pada suhu dingin yaitu -20 derajat celcius dan masa inkubasi virus ini dari gejala flu ringan hingga muncul bintik-bintik merah dapat terjadi pada kurun waktu 7 sampai 20 hari. 

      Virus ini tidak memerlukan perantara dalam penularannya, tetapi melalui percikan ludah penderita atau kontak langsung dengan penderita, dapat menular lewat udara. Virus ini juga bisa menular melalui cairan tubuh seperti keringat. Jika daya tahan tubuh kuat maka virus tersebut akan mati, dan sebaliknya jika daya tahan tubuh lemah maka virus ini akan bertahan dalam tubuh. 

      Pada dewasa gejala awal tersebut sifatnya ringan bahkan sama sekali tidak timbul. Ruam (kemerahan pada kulit) pada awalnya muncul di wajah dan leher lalu menyebar ke seluruh badan, dan berlangsung 3 hari. Dan Pada langit-langit mulut timbul bintik-bintik kemerahan. Bagi wanita usia subur bisa menjalani pemeriksaan serologi untuk Rubella. Vaksinasi sebaiknya tidak diberikan ketika si ibu sedang hamil atau kepada orang yang mengalami gangguan sistem kekebalan akibat kanker, terapi kortikosteroid maupun penyinaran. Jika tidak memiliki antibodi, diberikan imunisasi dan baru boleh hamil 3 bulan setelah penyuntikan.