Welcome To My Blog...

Haiiii,,,Haiiii,,Salam Kenal Dari Aku, Untuk Para Pengunjung Blog Ini Yach,,,Selamat Membaca ,,,,

Sabtu, 29 Oktober 2011

Asal-usul Legenda Manusia Serigala

Selama abad pertengahan, khususnya abad 15 sampai abad 17, Eropa berada di bawah bayang-bayang kegelapan dari kebodohan dan takhayul. Sebagian besar orang masih tinggal berdekatan dengan hutan. Dimasa inilah legenda warewolf muncul.

Legenda Warewolf yang pertama tercatat adalah dari desa-desa di Jerman, Colongne dan Bedburg tahun 1591. Sebuah pamflet kuno, menggambarkan sekelompok orang yang sedang memojokan seekor serigala besar, menebasnya dengan pedang dan menusuknya dengan tombak. Tapi serigala itu tidak lari atau berusaha untuk melindungi dirinya, melainkan berdiri dan kemudian berubah menjadi pria setengah baya, dialah Peter Stubbe.
Stubbe diletakkan di roda penyiksaan di mana dia mengaku melakukan pembunuhan terhadap 16 orang dewasa, 2 orang wanita hamil dan 13 orang anak-anak. Sejarah di balik kejatuhannya dalam kejahatan agak aneh. Dia sudah mulai berlatih ilmu sihir ketika ia berumur 12 tahun, dan ia begitu terobsesi dengan ilmu yang ia pelajari, kemudian membuat perjanjian dengan Iblis. Awalnya ia mulai menyerang musuh-musuhnya dengan memakai korset [percaya atau tidak], kemudian setelah beberapa bulan ia menggunakan kedok / topeng serigala dan melakukan perbuatan yang lebih brutal. Dalam keadaan seperti serigala, ia menyerang dan menghisap darah dari leher korban untuk memuaskan dahaganya.

Secara bertahap ketergantungannya terhadap minum darah mulai muncul, bahkan sampai memakan tubuh korbannya dalam keadaan segar, terutama para wanita. Setelah berhasil ditangkap, Stubbe kemudian dibunuh dengan cara disiksa diatas mesin penyiksa dan akhirnya dipenggal. Jaksa dari Bedburg kemudian membangun monumen untuk mengingat kejadian-kejadian mengerikan yang disebabkan olehnya. Para pekerja kemudian meletakan roda tempat ia disiksa di puncaknya dan meletakan kepala Stubbe yang tampak menyerupai kepala serigala diatasnya. Kebrutalan dan kebiadabannya berada diluar pemahaman manusia, dan hanya bisa disamakan dengan prilaku Serigala. Sejak saat itu, orang-orang di zaman itu percaya bahwa manusia yang berada dibawah bayang-bayang serigala itu mungkin, dan mereka menyebutnya Warewolves.

  Warewolf dalam Mitologi Yunani

 Jauh sebelum masa gelap di Eropa, Legenda mirip Warewolf ini sebenarnya sudah muncul, salah satunya dalam mitologi Yunani. Pada suatu ketika, Zeus menyamar sebagai seorang musafir. Dalam perjalanannya mencari penginapan, ia kemudian disambut oleh Raja Lycaon anak dari Pelasgus dari Arkadia. Sang raja kemudian berhasil mengenali Zeus, dan berusaha untuk menguji keabadiannya [dalam versi lain, membunuhnya] dengan menyajikan daging manusia. Zeus berhasil mengetahuinya, tidak memakannya dan lolos dari trik Raja Lycaon. Sangat marah, Zeus kemudian menghancurkan istana itu dan mengutuk Lycaon dan keturunannya untuk menjalani sisa hidupnya seperti Serigala. Kata Lycanthrope bersinonim dengan Warewolf [Lycos = Serigala, Anthropos = Man].


Legenda tentang manusia dan serigala lainnya, diantaranya adalah : Legenda Ulfhednar [Norse], Wulver [Scotland], Varulv [Denmark/Swedia], Lobizon [Argentina], Volvkulak [Ukrania], dsb..



  1. Kisah Seorang Aktris Porno Yang Meninggalkan Karirnya
  2. belajar dari kupu-kupu
  3. Belajar Mengasihi Dari Malaikat Kecil
  4. Perjuangan Hidup Penambang Belerang
  5. Uang dan waktu
  6. Nick Vujicic, Pria Yang Hidup Tanpa Kaki dan Tangan
  7. true story Surat Seorang Ayah Kepada Anaknya yang Sudah Meninggal
  8. kisah inspiratif orang terkaya ke3 di indonesia
  9. Kisah Mengharukan Seorang Perampok dan Anak Buta
  10. Lanjutkan! (Jangan Kau Berhenti)
  11. Sisihkan 2-3 menit waktu kalian sebentar utk membaca ini
  12. kisah nyata yang terjadi di jepang
  13. Socrates Diperintahkan Meminum Racun karena Mengajarkan Kebenaran
  14. CINTAILAH CINTA
  15. Bicara Dengan Bahasa Hati
  16. tak sesulit yang anda bayangkan
  17. Ibunda, Kenapa Engkau Menangis
  18. PELAJARAN SANG KELEDAI
  19. HARI INI ADALAH ABADI
  20. menikmati kritik dan celaan
  21. sayangilah kekasihmu sebelum ini terjadi
  22. Impian Seluruh Orang Tua
  23. Renungan Seorang Anak
  24. keharusan memberi, bukan menerima
  25. Kisah sebuah guci
  26. Hargailah Sebutir Nasi
  27. kapan kita membahagiakan orang tua kita???
  28. Segala Hal Pasti Butuh Biaya
  29. menuju kebahagiaan
  30. Renungan Hidup/a>
  31. Kebodohan Profesor yang Menganggap Agama Sebuah Mitos
  32. Renungan Buat Wanita Jaman Sekarang
  33. SAAT-SAAT KEMATIAN MENJEMPUT
  34. renungan di kesunyian malam
  35. Suami yg sholeh harta yg berharga buat istri
  36. Perlakukan dengan baik
  37. Kisah Cinta seorang Anak kepada Orang Tuanya
  38. Jati diri Kita yang Sebenarnya
  39. Kenyamanan Bagai Arak Beracun
  40. Berkorban Itu Indah
  41. Pengabdian Tanpa Tanda Jasa

Misteri dan Keindahan Hutan Yang Tenggelam

Istilah hutan terendam / tenggelam umumnya menggambarkan sisa-sisa pohon yang telah dibanjiri oleh kenaikan permukaan laut. Hutan-hutan yang seperti ini dapat juga ditemukan lebih jauh ke pedalaman di danau.
 Lalu apakah mereka hidup? Tentu tidak, mereka perlahan-lahan membusuk di dalam air. Berikut ini beberapa hutan yang unik tersebut.

Lake Kaindy, Kazakhstan

Danau ini terletak di kedalaman hutan dengan ketinggian 2000m di atas permukaan laut.
Terbentuk dari longsoran batu kapur dan pengendapan tanah. Danau ini membentuk bendungan alami dan sebuah ngarai yang indah. Danau ini memiliki panjang panjang 400m dengan kedalaman 30m. Pemandangan yang sangat indah dihadirkan disini. Sisa-sisa pohon yang tidak terendam, menjulang bagaikan paku-paku kreasi dari alam. Sedangkan bagian yang terendam air, nampak menyimpan misteri seperti hutan yang berumur ratusan tahun.









Danau Bezid, Romania 

 Terletak di wilayah Transylvania Rumania, keunikannya adalah tidak hanya pemandangan indah namun juga sisi mistis yang dihadirkan di sini. Terbentuk setelah seluruh desa Bezid kebanjiran, meninggalkan rumah-rumah di dasar danau dan hanya gereja lokal menara dan pohon-pohon masih terlihat menjulang di atas
danau.




Dahan-dahan dan ranting pohon yang tua terlihat menjulang ke atas permukaan air seperti tangan-tangan yang membawa pesan mistis. Waduk ini juga menyembunyikan sesuatu di bawah airnya, yaitu puing-puing desa yang tenggelam sehingga semakin menambah suasana indah dan juga misteri yang dihadirkan disana. 


Danau Periyar, India 

 Danau Periyar sebenarnya waduk buatan, untuk sebuah daerah banjir yang diciptakan pada tahun 1895 oleh pembangunan Bendungan Mullaperiyar. Tunggul pohon itu adalah sisa-sisa hutan yang dulu. Di sekitar danau kontur bukit-bukit yang berhutan menyediakan sumber air permanen untuk satwa liar lokal, dan ini dikatakan sebagai salah satu dari sedikit tempat di mana bendungan telah baik untuk di jadikan ekosistem.

Di sekitar danau kontur bukit-bukit yang berhutan menyediakan sumber air permanen untuk satwa liar lokal, dan ini dikatakan sebagai salah satu dari sedikit tempat di mana bendungan telah baik untuk di jadikan ekosistem.



  1. Kisah Seorang Aktris Porno Yang Meninggalkan Karirnya
  2. belajar dari kupu-kupu
  3. Belajar Mengasihi Dari Malaikat Kecil
  4. Perjuangan Hidup Penambang Belerang
  5. Uang dan waktu
  6. Nick Vujicic, Pria Yang Hidup Tanpa Kaki dan Tangan
  7. true story Surat Seorang Ayah Kepada Anaknya yang Sudah Meninggal
  8. kisah inspiratif orang terkaya ke3 di indonesia
  9. Kisah Mengharukan Seorang Perampok dan Anak Buta
  10. Lanjutkan! (Jangan Kau Berhenti)
  11. Sisihkan 2-3 menit waktu kalian sebentar utk membaca ini
  12. kisah nyata yang terjadi di jepang
  13. Socrates Diperintahkan Meminum Racun karena Mengajarkan Kebenaran
  14. CINTAILAH CINTA
  15. Bicara Dengan Bahasa Hati
  16. tak sesulit yang anda bayangkan
  17. Ibunda, Kenapa Engkau Menangis
  18. PELAJARAN SANG KELEDAI
  19. HARI INI ADALAH ABADI
  20. menikmati kritik dan celaan
  21. sayangilah kekasihmu sebelum ini terjadi
  22. Impian Seluruh Orang Tua
  23. Renungan Seorang Anak
  24. keharusan memberi, bukan menerima
  25. Kisah sebuah guci
  26. Hargailah Sebutir Nasi
  27. kapan kita membahagiakan orang tua kita???
  28. Segala Hal Pasti Butuh Biaya
  29. menuju kebahagiaan
  30. Renungan Hidup/a>
  31. Kebodohan Profesor yang Menganggap Agama Sebuah Mitos
  32. Renungan Buat Wanita Jaman Sekarang
  33. SAAT-SAAT KEMATIAN MENJEMPUT
  34. renungan di kesunyian malam
  35. Suami yg sholeh harta yg berharga buat istri
  36. Perlakukan dengan baik
  37. Kisah Cinta seorang Anak kepada Orang Tuanya
  38. Jati diri Kita yang Sebenarnya
  39. Kenyamanan Bagai Arak Beracun
  40. Berkorban Itu Indah
  41. Pengabdian Tanpa Tanda Jasa
  1. CINTAILAH CINTA
  2. MENCARI KEBAHAGIAAN
  3. sayangilah kekasihmu sebelum ini terjadi
  4. kata mutiara dari film naruto
  5. kata mutiara dari bung karno
  6. kata mutiara tentang sahabat
  7. kata mutiara dari albert eisten
  8. kata mutiara dari film one piece
  9. kata mutiara dari John C Maxwell
  10. kata mutiara dan motivasi
  11. kata mutiara dari film naruto bahasa inggris
  12. kata mutiara penyemangat hidup
  13. 100 kata mutiara penyemangat hidup
  14. kata mutiara yang menyentuh hati
  15. 70 kata mutiara dari orang2 terkenal
  16. kata mutiara cinta
  17. kata mutiara dari seorang mario teguh
  18. kata mutiara islam
  19. kata mutiara untuk yang sedang patah hati
  20. kata mutiara untuk ibu
  21. kata mutiara dan renungan
  22. Kumpulan Kata Mutiara dari Aa Gym
  23. kata mutiara untuk wanita
  24. Kata-kata Mutiara Al-Habib Umar Bin Hafidz
  25. kata mutiara dari bung karno
  26. kata mutiara dari film naruto bahasa inggris
  27. 100 kata mutiara penyemangat hidup
  28. kata mutiara yang menyentuh hati

Legenda James Worson, Pelari Yang Menghilang Secara Misterius

Legenda James Worson, Pelari Yang Menghilang Secara Misterius 


Kisah misteri hilangnya James Worson mungkin telah menjadi legenda dan belum terpecahkan hingga saat ini. Bagi para penikmat misteri, nama James Worson mungkin tidak asing lagi karena sudah banyak blogger yang membahas tentang tokoh yang satu ini, lalu siapakah dia?

dan bagaimana kisah legendarisnya dimulai?
James Worson merupakan pembuat sepatu yang tinggal di Leamington Spa, Warwickshire, Inggris. Ia memang dikenal sebagai pembuat sepatu yang handal, namun ia juga dikenal sebagai orang yang sombong dan suka membual.Hanya sedikit sekali informasi mengenai James Worson ini, sampai - sampai saya tidak menemukan kapan tepatnya ia lahir.

Suatu hari, James Worson mengatakan kepada teman - temannya bahwa dengan kemampuannya, ia mampu berlari hingga puluhan kilometer nonstop. Ia mengatakan jika ia mempunyai kemampuan khusus yang tidak dimiliki oleh orang lain. Karena dinilai warga sebagai pembual, mereka lalu menantang James untuk berlari nonstop sampai ke Coventry yang jaraknya mencapai 14 kilometer lebih ( ada yang mengatakan 20 mil ). Dalam keadaan mabuk berat, James pun akhirnya menerima tantangan tersebut. Lalu, pada tanggal 3 September 1873, ia mulai berlari untuk membuktikan ucapannya tersebut.
Selama perjalanan yang melelahkan itu, James ditemani oleh dua orang temannya, yaitu Barham Wise dan seorang fotografer, Hammerson Burns. Dua orang tersebut mengikuti James dari belakang dengan menggunakan kereta kuda untuk memastikan James tidak berbuat curang. Selama perjalanan, James tidak lepas dari pengawasan kedua temannya itu, bahkan mereka bertiga sempat berbincang - bincang sebelum akhirnya James kembali berlari di depan mereka.

Tidak lama kemudian, Wise dan Burns tiba - tiba melihat James tersandung dan jatuh. Ia masih malihat dengan jelas meskipun jarak diantara mereka cukup jauh. Ketika James tersandung, Wise dan Burns mendengar suara jeritan yang mengerikan, kemudian terdengar suara tangisan. Wise mengatakan jika itu adalah suara yang paling mengerikan yang pernah ia dengar. Beberapa saat setelah mereka mendengar suara teriakan James yang mengerikan itu, mereka sampai di lokasi dimana James tersandung dan jatuh, namun mereka menemukan kejanggalan di tempat itu.

James sama sekali tidak ada disana, bahkan di tanah tempat jatuhnya James tidak ditemukan jejak tubuh James. Hal ini membuat mereka berdua heran dan ketakutan, karena James tiba - tiba menghilang sebelum ia sempat mendarat di tanah. Wise dan Burns kemudian mengambil gamabr gambar jejak kaki James yang terakhir sebelum ia menghilang, sekaligus sebagai bukti jika mereka ingin memberitahu warga yang lain.
Tidak lama kemudian, bantuan pun datang dan pencarian segera dilakukan untuk mencari James yang menghilang entah kemana, bahkan warga juga mengerahkan anjing untuk membantu pencarian tersebut, namun James tetap tidak ditemukan dan James dinyatakan hilang secara misterius.

Menurut keterangan beberapa orang, legenda James Worson berkembang menjadi sebuah fenomena supranatural. Konon menurut kisah, arwah James masih terus melakukan tugasnya hingga saat ini, yaitu berlari dari Leamington ke Coventry. Suara - suara derap langkah kaki kerap terdengar di jalan yang diyakini masyarakat sebagai jalan yang dilalui oleh James dahulu.

Nah, itulah sepenggal cerita mengenai legenda James Worson yang menghilang secara misterius, lalu apakah legenda ini benar adanya? Meskipun legendanya telah dikenal oleh masyarakat, namun kebenaran legenda itu masih diragukan hingga kini. Legenda James Worson diyakini diambil dari cerita pendek yang berjudul "An Unfinished Race" karya seorang jurnalis Amerika, Ambrose Bierce. Ambrose Bierce lahir pada tanggal 24 Juni 1842 dan merupakan seorang editor, jurnalis, penulis cerita pendek, dan lain - lain. Dari sekian karya - karyanya, ia pernah menulis sebuah cerita pendek berjudul An Unfinished Race yang ia publikasikan pada tahun 1873, tahun yang sama ketika peristiwa hilangnya James Worson terjadi.


Sayang versi asli dari An Unfinished Race tersebut susah diketemukan dan hanya ditemukan cerita yang sudah diedit, klik disini untuk membacanya. Sampai saat ini, banyak yang meyakini jika legenda James Worson merupakan kisah fiktif, karena beberapa alasan, yaitu: Tidak ada foto asli mengenai sosok James Worson, sehingga dicurigai sebagai tokoh fiktif. Wise dan Burns dikisahkan mengambil foto jejak kaki terakhir James, namun tidak ada fotonya satu pun yang beredar di dunia maya. Detail dari peristiwa tersebut masih sedikit, sehingga sulit untuk diteliti kembali.

Meskipun demikian, Legenda James Worson memang akan selalu hidup dan diingat oleh masyarakat Inggris karena legenda ini begitu terkenal. Mereka yakin jika legenda James telah ada sebelum jurnalis Amerika itu menulis cerpennya. Memang legenda James Worson masih menjadi misteri hingga saat ini, baik kebenaran ceritanya maupun berbagai kontroversi mengenai kebenarannya. Terlepas dari kontroversinya, ada satu hal yang menarik dalam kisah James Worson ini. Sang penulis cerpen, Ambrose Bierce dikatakan juga menghilang secara misterius pada bulan Oktober 1913.



  1. Kisah Seorang Aktris Porno Yang Meninggalkan Karirnya
  2. belajar dari kupu-kupu
  3. Belajar Mengasihi Dari Malaikat Kecil
  4. Perjuangan Hidup Penambang Belerang
  5. Uang dan waktu
  6. Nick Vujicic, Pria Yang Hidup Tanpa Kaki dan Tangan
  7. true story Surat Seorang Ayah Kepada Anaknya yang Sudah Meninggal
  8. kisah inspiratif orang terkaya ke3 di indonesia
  9. Kisah Mengharukan Seorang Perampok dan Anak Buta
  10. Lanjutkan! (Jangan Kau Berhenti)
  11. Sisihkan 2-3 menit waktu kalian sebentar utk membaca ini
  12. kisah nyata yang terjadi di jepang
  13. Socrates Diperintahkan Meminum Racun karena Mengajarkan Kebenaran
  14. CINTAILAH CINTA
  15. Bicara Dengan Bahasa Hati
  16. tak sesulit yang anda bayangkan
  17. Ibunda, Kenapa Engkau Menangis
  18. PELAJARAN SANG KELEDAI
  19. HARI INI ADALAH ABADI
  20. menikmati kritik dan celaan
  21. sayangilah kekasihmu sebelum ini terjadi
  22. Impian Seluruh Orang Tua
  23. Renungan Seorang Anak
  24. keharusan memberi, bukan menerima
  25. Kisah sebuah guci
  26. Hargailah Sebutir Nasi
  27. kapan kita membahagiakan orang tua kita???
  28. Segala Hal Pasti Butuh Biaya
  29. menuju kebahagiaan
  30. Renungan Hidup/a>
  31. Kebodohan Profesor yang Menganggap Agama Sebuah Mitos
  32. Renungan Buat Wanita Jaman Sekarang
  33. SAAT-SAAT KEMATIAN MENJEMPUT
  34. renungan di kesunyian malam
  35. Suami yg sholeh harta yg berharga buat istri
  36. Perlakukan dengan baik
  37. Kisah Cinta seorang Anak kepada Orang Tuanya
  38. Jati diri Kita yang Sebenarnya
  39. Kenyamanan Bagai Arak Beracun
  40. Berkorban Itu Indah
  41. Pengabdian Tanpa Tanda Jasa

Rabu, 26 Oktober 2011

Kisah Seorang Anak, Ayah Dan Burung Pipit


Suatu sore saat langit cerah namun teduh, dengan angin bertiup semilir, di halaman sebuah rumah berpagar tinggi, seorang ayah yang telah lanjut usia dan anak lelakinya yang masih muda tampak sedang duduk dibangku taman. Bersantai sambil menikmati suasana sore hari yang nyaman.

Sang anak asyik membaca koran, sedang sang ayah tampak hanya diam terpekur memandangi tanaman. Ketika tiba-tiba seekor burung pipit hinggap di dedaunan tanaman yang berada didekat sang ayah, ia bertanya kepada anaknya,
"Nak, Apakah itu?".

Setelah melihat sejenak kearah tanaman sang anak menjawab ringan,
"Itu burung pipit yah", kemudian ia melanjutkan membaca koran.

Sang ayah memandang kearah burung itu lagi, kemudian bertanya kembali,
"Apa itu nak?"
"Sudah aku katakan burung pipit yah", jawab si anak dengan nada sedikit kesal.

Sang ayah masih memandangi burung pipit tersebut, yang tak lama kemudian terbang dan hinggap kembali di tanah disisi lain dari halaman tersebut. Dengan pandangan yang masih lekat pada burung itu kembali sang ayah bertanya,
"Itu apa sih nak?".
"Burung pipit ayah . . burung pipit . ." jawab sang anak yang kesal. "P . . I. . P. . I. . T !" lanjut sang anak sambil mengeja dengan marah.

Sang ayah yang masih ragu dengan penglihatannya yang mulai kurang baik, bertanya kembali,
"Apakah itu?"
Kali ini sang anak benar-benar marah dengan nada keras ia menjawab,
"Mengapa ayah menanyakan ini terus-menerus?! Bukankah sudah berulang kali kukatakan bahwa itu burung pipit . . tidak bisakah engkau mengerti!!"

Mendengar hardikan anaknya, sang ayah yang merasa sakit hati kemudian bangkit dari duduknya untuk masuk ke dalam rumah.
"Mau kemana?!" tanya sang anak.
Sang ayah tidak menjawab hanya memberikan isyarat tangan yang berarti "sudahlah" dan melanjutkan langkahnya ke dalam rumah dengan langkah gontai dan hati yang sedih.

Sang anak meskipun kesal menyadari bahwa ia tidak sepantasnya membentak ayahnya yang telah lanjut usia. Tapi peristiwa tadi memang sungguh membuatnya kesal dan menghilangkan selera untuk meneruskan membaca koran.

Saat sang anak masih termanggu, sang ayah kembali sambil membawa sebuah buku yang ternyata adalah buku hariannya. Sang ayah duduk kembali disebelah anaknya, sambil membolak-balik halaman buku seperti mencari sesuatu.
Setelah ketemu halaman yang dicarinya ia sodorkan buku harian tersebut ke tangan anaknya, sambil menunjuk bagian yang ia ingin agar anaknya membacanya.

Sang anak menerima buku harian tersebut dan melihat bagian yang ditunjukkan oleh ayahnya. Sebelum ia mulai membaca ayahnya berkata,
"Yang keras ya . ." Ia ingin agar anaknya membaca buku hariannya dengan suara yang dapat terdengar jelas.

"Hari ini putraku yang paling bungsu, yang beberapa hari yang lalu genap berusia 3 tahun" Sang anak mulai membaca,
"Sedang duduk bersamaku di bangku sebuah taman . . ketika tak lama kemudian ada seekor burung pipit yang hinggap dihadapan kami"
"Putraku bertanya hingga 21 kali padaku . . apakah itu?"
"Aku jawab sebanyak 21 kali sebanyak ia bertanya, bahwa itu adalah burung pipit"
"Aku selalu memeluknya dengan bahagia setiap kali ia bertanya dan mengulangi pertanyaannya"
"Sekali lagi dan lagi . ."
"Tanpa sedikitpun aku merasa kesal, karena ia adalah putra kecilku dengan wajah tanpa dosa dan dengan rasa ingin tahunya yang besar, aku malah merasa bahagia dan senang"

Sampai disitu sang anak berhenti membaca, apa yang barusan dibacanya bukan hanya membuatnya menyadari kesalahannya, tapi membuatnya sungguh menyesal telah memperlakukan ayahnya seperti tadi.

Sang anak terdiam, memandang ayahnya sejenak, dengan mata berkaca-kaca menahan tangis ia memeluk dan mencium kening ayahnya.

Meskipun tidak ada kata-kata apapun yang terlontar dari mulut anaknya, sang ayah tahu bahwa putra kesayangannya telah menyadari kesalahannya, ciuman dan pelukan eratnya adalah tanda permintaan maaf darinya. Sang ayahpun tersenyum bahagia. Suasana sore yang indah menjadi terasa semakin indah.

Aku Mau Mamah Ku Kembali

Di Propinsi Zhejiang China, ada seorang anak laki yang luar biasa, sebut saja namanya Zhang Da. Perhatiannya yang besar kepada Papanya, hidupnya yang pantang menyerah dan mau bekerja keras, serta tindakan dan perkataannya yang menyentuh hati membuat Zhang Da, anak lelaki yang masih berumur 10 tahun ketika memulai semua itu, pantas disebut anak yang luar biasa. S
Saking jarangnya seorang anak yang berbuat demikian, sehingga ketika Pemerintah China mendengar dan menyelidiki apa yang Zhang Da perbuat maka merekapun memutuskan untuk menganugerahi penghargaan Negara yang Tinggi kepadanya. Zhang Da adalah salah satu dari sepuluh orang yang dinyatakan telah melakukan perbuatan yang luar biasa dari antara 1,4 milyar penduduk China .

Tepatnya 27 Januari 2006 Pemerintah China, di Propinsi Jiangxu, kota Nanjing, serta disiarkan secara Nasional keseluruh pelosok negeri, memberikan penghargaan kepada 10 (sepuluh) orang yang luar biasa, salah satunya adalah Zhang Da.

Mengikuti kisahnya di televisi, membuat saya ingin menuliskan cerita ini untuk melihat semangatnya yang luar biasa. Bagi saya Zhang Da sangat istimewa dan luar biasa karena ia termasuk 10 orang yang paling luar biasa di antara 1,4 milyar manusia.

Pada waktu tahun 2001, Zhang Da ditinggal pergi oleh Mamanya yang sudah tidak tahan hidup menderita karena miskin dan karena suami yang sakit keras. Dan sejak hari itu Zhang Da hidup dengan seorang Papa yang tidak bisa bekerja, tidak bisa berjalan, dan sakit-sakitan. Kondisi ini memaksa seorang bocah ingusan yang waktu itu belum genap 10 tahun untuk mengambil tanggungjawab yang sangat berat.

Ia harus sekolah, ia haru mencari makan untuk Papanya dan juga dirinya sendiri, ia juga harus memikirkan obat-obat yang yang pasti tidak murah untuk dia. Dalam kondisi yang seperti inilah kisah luar biasa Zhang Da dimulai. Ia masih terlalu kecil untuk menjalankan tanggung jawab yang susah dan pahit ini. Ia adalah salah satu dari sekian banyak anak yang harus menerima kenyataan hidup yang pahit di dunia ini.
Tetapi yang membuat Zhang Da berbeda adalah bahwa ia tidak menyerah. Hidup harus terus berjalan, tapi tidak dengan melakukan kejahatan, melainkan memikul tanggungjawab untuk meneruskan kehidupannya dan papanya. Demikian ungkapan Zhang Da ketika menghadapi utusan pemerintah yang ingin tahu apa yang dikerjakannya.

Ia mulai lembaran baru dalam hidupnya dengan terus bersekolah. Dari rumah sampai sekolah harus berjalan kaki melewati hutan kecil. Dalam perjalanan dari dan ke sekolah itulah, Ia mulai makan daun, biji-bijian dan buah-buahan yang ia temui. Kadang juga ia menemukan sejenis jamur, atau rumput dan ia coba memakannya. Dari mencoba-coba makan itu semua, ia tahu mana yang masih bisa ditolerir oleh lidahnya dan mana yang tidak bisa ia makan.

Setelah jam pulang sekolah di siang hari dan juga sore hari, ia bergabung dengan beberapa tukang batu untuk membelah batu-batu besar dan memperoleh upah dari pekerjaan itu. Hasil kerja sebagai tukang batu ia gunakan untuk membeli beras dan obat-obatan untuk papanya.

Hidup seperti ini ia jalani selama lima tahun tetapi badannya tetap sehat, segar dan kuat. ZhangDa Merawat Papanya yang Sakit.

Sejak umur 10 tahun, ia mulai tanggungjawab untuk merawat papanya. Ia menggendong papanya ke WC, ia menyeka dan sekali-sekali memandikan papanya, ia membeli beras dan membuat bubur, dan segala urusan papanya, semua dia kerjakan dengan rasa tanggungjawab dan kasih.

Semua pekerjaan ini menjadi tanggungjawabnya sehari-hari.
Zhang Da menyuntik sendiri papanya. Obat yang mahal dan jauhnya tempat berobat membuat Zhang Da berpikir untuk menemukan cara terbaik untuk mengatasi semua ini. Sejak umur sepuluh tahun ia mulai belajar tentang obat-obatan melalui sebuah buku bekas yang ia beli.

Yang membuatnya luar biasa adalah ia belajar bagaimana seorang suster memberikan injeksi/suntikan kepada pasiennya. Setelah ia rasa ia mampu, ia nekad untuk menyuntik papanya sendiri. Saya sungguh kagum, kalau anak kecil main dokter-dokteran dan suntikan itu sudah biasa. Tapi jika anak 10 tahun memberikan suntikan seperti layaknya suster atau dokter yang sudah biasa memberi injeksi saya baru tahu hanya Zhang Da. Orang bisa bilang apa yang dilakukannya adalah perbuatan nekad, sayapun berpendapat demikian.

Namun jika kita bisa memahami kondisinya maka saya ingin katakan bahwa Zhang Da adalah anak cerdas yang kreatif dan mau belajar untuk mengatasi kesulitan yang sedang ada dalam hidup dan kehidupannya.

Sekarang pekerjaan menyuntik papanya sudah dilakukannya selama lebih kurang lima tahun, maka Zhang Da sudah trampil dan ahli menyuntik.

Ketika mata pejabat, pengusaha, para artis dan orang terkenal yang hadir dalam acara penganugerahan penghargaan tersebut sedang tertuju kepada Zhang Da, Pembawa Acara (MC) bertanya kepadanya, “Zhang Da, sebut saja kamu mau apa, sekolah di mana, dan apa yang kamu rindukan untuk terjadi dalam hidupmu, berapa uang yang kamu butuhkan sampai kamu selesai kuliah, besar nanti mau kuliah di mana, sebut saja. Pokoknya apa yang kamu idam-idamkan sebut saja, di sini ada banyak pejabat, pengusaha, orang terkenal yang hadir. Saat ini juga ada ratusan juta orang yang sedang melihat kamu melalui layar televisi, mereka bisa membantumu!”
Zhang Da pun terdiam dan tidak menjawab apa-apa. MC pun berkata lagi kepadanya, “Sebut saja, mereka bisa membantumu” Beberapa menit Zhang Da masih diam, lalu dengan suara bergetar iapun menjawab, “Aku Mau Mama Kembali. Mama kembalilah ke rumah, aku bisa membantu Papa, aku bisa cari makan sendiri, Mama Kembalilah!” demikian Zhang dan bicara dengan suara yang keras dan penuh harap.

Saya bisa lihat banyak pemirsa menitikkan air mata karena terharu, saya pun tidak menyangka akan apa yang keluar dari bibirnya.

Mengapa ia tidak minta kemudahan untuk pengobatan papanya, mengapa ia tidak minta deposito yang cukup untuk meringankan hidupnya dan sedikit bekal untuk masa depannya, mengapa ia tidak minta rumah kecil yang dekat dengan rumah sakit, mengapa ia tidak minta sebuah kartu kemudahan dari pemerintah agar ketika ia membutuhkan, melihat katabelece yang dipegangnya semua akan membantunya. Sungguh saya tidak mengerti, tapi yang saya tahu apa yang dimintanya, itulah yang paling utama bagi dirinya.

Aku Mau Mama Kembali, sebuah ungkapan yang mungkin sudah dipendamnya sejak saat melihat mamanya pergi meninggalkan dia dan papanya.

Betapa pentingnya arti seorang mama …

Keajaiban Lima Ribu Lima Ratus Lima puluh rupiah





Entah dari mana inspirasi cerita ini dibuat, yang jelas sesuatu yang kita yakini didunia ini tidak ada yang tidak mungkin. Amel baru berumur sembilan tahun ketika dia mendengar ibu dan ayahnya sedang berbicara mengenai adik lelakinya, Heri. Ia sedang menderita sakit yang parah dan mereka telah melakukan apapun yang bisa mereka lakukan untuk menyelamatkan jiwa Heri.

Hanya operasi dan butuh biaya yang sangat mahal yang bisa menyelamatkan jiwa Heri tapi apalah daya kedua orang tua Amel tidak punya biaya untuk itu adiknya itu. Amel mendengar ayahnya berbisik kepada Ibunya, "Hanya keajaiban yang bisa menyelamatkannya sekarang."

Dengan tergesa-gesa Amel pergi ke kamarnya dan mengambil sebuah celengan dari tempat persembunyiannya dalam sebuah lemari. Lalu dipecahkan dan dikeluarkannya semua isi celengan tersebut ke lantai dan bergegas menghitungnya dengan cermat. Diulangnya hitungan itu hingga lima kali. Nilainya harus benar-benar tepat.

Dengan membawa uang tersebut, Amel secara diam-diam menyelinap keluar rumah dan langsung naik bus angkot pergi ke toko obat di sudut jalan. Setibanya di toko obat tersebut, ia melihat seorang apoteker paruh baya berambut sedikit memutih sedang menelepon.

Amel menunggu dengan sabar sampai sang apoteker memberi perhatian tapi sang apoteker terlalu sibuk dengan telepon tersebut untuk diganggu oleh seorang anak kecil yang berusia sembilan tahun. Amel berusaha menarik perhatian dengan menggoyang-goyangkan kakinya, tapi gagal. Akhirnya dia mengambil uang koin dan melemparkannya ke kaca etalase. klontang !

"Apa yang kamu lakukan heh ?" tanya apoteker tersebut dengan suara marah. "Saya ini sedang berbicara dengan saudara saya."

"Tapi, saya ingin berbicara kepadamu mengenai adik saya," Amel menjawab dengan nada yang sama. "Dia sakit...dan saya ingin membeli keajaiban."

"Apa katamu ?," tanya sang apoteker.
"Ayah saya mengatakan hanya keajaiban yang bisa menyelamatkan jiwanya sekarang... jadi berapa harga keajaiban itu ?"

"Kami tidak menjual keajaiban, adik kecil. Saya tidak bisa menolongmu." ucap apoteker.
"Dengar, saya mempunyai uang untuk membeli keajaiban itu. Katakan saja berapa harganya." Kata Amel lalu tiba-tiba keluar seorang pria berpakaian rapi dari balik ruang, berhenti dan bertanya, "Keajaiban macam apa yang dibutuhkan oleh adikmu nak?"

"Saya tidak tahu," jawab Amel. Air mata mulai menetes dipipinya. "Saya hanya tahu dia sakit parah......... dan Ibu saya mengatakan bahwa ia membutuhkan operasi. Tapi kedua orang tua saya tidak mampu membayarnya karena biayanya sangat mahal tapi saya mempunyai uang."

"Berapa uang yang kamu punya ?" tanya pria itu lagi.
"Lima ribu lima ratus lima puluh rupiah," jawab Amel dengan bangga. "dan itulah seluruh uang yang saya miliki di dunia ini."

"Wah, kebetulan sekali," kata pria itu sambil tersenyum. "Lima ribu lima ratus lima puluh rupiah ini harga yang tepat dan cocok untuk membeli sebuah keajaiban yang dapat menolong adikmu". Dia Mengambil uang tersebut dan kemudian memegang tangan Amel sambil berkata : "Bawalah saya kepada adikmu. Saya ingin bertemu dengannya, juga orang tuamu."

Ternyata pria apoteker itu adalah seorang ahli bedah terkenal. Operasi dilakukannya tanpa biaya dan membutuhkan waktu yang tidak lama sebelum Heri dapat kembali ke rumah dalam keadaan sehat seperti sediakala.

Kedua orang tuanya sangat takjub mendapatkan keajaiban tersebut. "Operasi itu..." bisik ibunya..... "adalah keajaiban. Tak terbayangkan berapa harganya".

Amel hanya tersenyum. Dan hanya dia yang tahu secara pasti berapa harga keajaiban tersebut... Ya... Lima Ribu dan Lima Ratus Lima Puluh Rupiah... ditambah dengan "Keyakinan" .

Senangkan Orang Tua Kita Semasa Hidup

Usia ayah telah mencapai 70 tahun, namun tubuhnya masih kuat. Dia mampu mengendarai sepeda ke pasar yang jauhnya lebih kurang 2 kilometer untuk belanja keperluan sehari-hari. Sejak meninggalnya ibu pada 6 tahun lalu, ayah sendirian dikampung. Oleh karena itu kami kakak-beradik 5 orang bergiliran menjenguknya.

Kami semua sudah berkeluarga dan tinggal jauh dari kampung halaman di Teluk Intan. Sebagai anak sulung, saya memiliki tanggung jawab yang lebih besar. Setiap kali saya menjenguknya, setiap kali itulah istri saya mengajaknya tinggal bersama kami di KualaLumpur.

“Nggak usah. lain kali saja.!”jawab ayah. Jawaban itu yang selalu diberikan kepada kami saat mengajaknya pindah. Kadang-kadang ayah mengalah dan mau menginap bersama kami, namun 2 hari kemudian dia minta diantar balik. Ada-ada saja alasannya.

Suatu hari Januari lalu, ayah mau ikut saya ke Kuala Lumpur. Kebetulan sekolah masih libur, maka anak-anak saya sering bermain dan bersenda-gurau dengan kakek mereka. Memasuki hari ketiga, ia mulai minta pulang. Seperti biasa, ada-ada saja alasan yang diberikannya. “Saya sibuk, ayah. tak boleh ambil cuti.

Tunggulah sebentar lagi. akhir minggu ini saya akan antar ayah,” balas saya. Anak-anak saya ikut membujuk kakek mereka. “Biarlah ayah pulang sendiri jika kamu sibuk. Tolong belikan tiket bus saja yah.” katanya yang membuat saya bertambah kesal. Memang ayah pernah berkali-kali pulang naik bus sendirian.

“Nggak usah saja yah.” bujuk saya saat makan malam. Ayah diam dan lalu masuk kekamar bersama cucu-cucunya. Esok paginya saat saya hendak berangkat ke kantor, ayah sekali lagi minta saya untuk membelikannya tiket bus. “Ayah ini benar-benar nggak mau mengerti yah. saya sedang sibuk, sibuuukkkk!!!” balas saya terus keluar menghidupkan mobil.

Saya tinggalkan ayah terdiam di muka pintu. Sedih hati saya melihat mukanya. Di dalam mobil, istri saya lalu berkata, “Mengapa bersikap kasar kepada ayah? Bicaralah baik-baik! Kasihan khan dia.!” Saya terus membisu.

Sebelum istri saya turun setibanya di kantor, dia berpesan agar saya penuhi permintaan ayah. “Jangan lupa, Pa.. belikan tiket buat ayah,” katanya singkat. Di kantor saya termenung cukup lama. Lalu saya meminta ijin untuk keluar kantor membeli tiket bus buat ayah.

Pk. 11.00 pagi saya tiba di rumah dan minta ayah untuk bersiap. “Bus berangkat pk.14.00,” kata saya singkat. Saya memang saat itu bersikap agak kasar karena didorong rasa marah akibat sikap keras kepala ayah. Ayah tanpa banyak bicara lalu segera berbenah. Dia masukkan baju-bajunya kedalam tas dan kami berangkat. Selama dalam perjalanan, kami tak berbicara sepatah kata pun.

Saat itu ayah tahu bahwa saya sedang marah. Ia pun enggan menyapa saya.! Setibanya di stasiun, saya lalu mengantarnya ke bus. Setelah itu saya Pamit dan terus turun dari bus. Ayah tidak mau melihat saya, matanya memandang keluar jendela. Setelah bus berangkat, saya lalu kembali ke mobil. Saat melewati halaman stasiun, saya melihat tumpukan kue pisang di atas meja dagangan dekat stasiun. Langkah saya lalu terhenti dan teringat ayah yang sangat menyukai kue itu. Setiap kali ia pulang ke kampung, ia selalu minta dibelikan kue itu. Tapi hari itu ayah tidak minta apa pun.

Saya lalu segera pulang. Tiba di rumah, perasaan menjadi tak menentu. Ingat pekerjaan dikantor, ingat ayah yang sedang dalam perjalanan, ingat Istri yang berada di kantornya. Malam itu sekali lagi saya mempertahankan ego saya saat istri meminta saya menelpon ayah di kampung seperti yang biasa saya lakukan setiap kali ayah pulang dengan bus. Malam berikutnya, istri bertanya lagi apakah ayah sudah saya hubungi. “Nggak mungkin belum tiba,” jawab saya sambil meninggikan suara.

Dini hari itu, saya menerima telepon dari rumah sakit Teluk Intan. “Ayah sudah tiada.” kata sepupu saya disana. “Beliau meninggal 5 menit yang lalu setelah mengalami sesak nafas saat Maghrib tadi.” Ia lalu meminta saya agar segera pulang. Saya lalu jatuh terduduk di lantai dengan gagang telepon masih di tangan. Istri lalu segera datang dan bertanya, “Ada apa, bang?” Saya hanya menggeleng-geleng dan setelah agak lama baru
bisa berkata, “Ayah sudah tiada!!”

Setibanya di kampung, saya tak henti-hentinya menangis. Barulah saat Itu saya sadar betapa berharganya seorang ayah dalam hidup ini. Kue pisang, kata-kata saya kepada ayah, sikapnya sewaktu di rumah, kata-kata istri mengenai ayah silih berganti menyerbu pikiran.

Hanya Tuhan yang tahu betapa luluhnya hati saya jika teringat hal itu. Saya sangat merasa kehilangan ayah yang pernah menjadi tempat saya mencurahkan perasaan, seorang teman yang sangat pengertian dan ayah yang sangat mengerti akan anak-anaknya. Mengapa saya tidak dapat merasakan perasaan seorang tua yang merindukan belaian kasih sayang anak-anaknya sebelum meninggalkannya buat selama-lamanya.

Sekarang 5 tahun telah berlalu. Setiap kali pulang ke kampung, hati saya bagai terobek-robek saat memandang nisan di atas pusara ayah. Saya tidak dapat menahan air mata jika teringat semua peristiwa pada saat-saat akhir saya bersamanya. Saya merasa sangat bersalah dan tidak dapat memaafkan diri ini.

Benar kata orang, kalau hendak berbakti sebaiknya sewaktu ayah dan ibu masih hidup. Jika sudah tiada, menangis airmata darah sekalipun tidak berarti lagi. Kepada pembaca yang masih memiliki orangtua, jagalah perasaan mereka. Jangan pernah sekalipun terucap kata ah..... pada mereka.

Begitu Mulia Naya Engkau IBu

Kisah ini adalah kisah nyata sebuah keluarga yang sangat miskin, yang memiliki seorang anak laki-laki. Ayahnya sudah meninggal dunia, hanya tinggal ibunya yang sudah tua dan anak laki-lakinya saja yang saling menopang.

Ibunya bersusah payah membesarkan seorang anaknya, saat itu kampung tersebut belum memiliki listrik. Saat membaca buku, anaknya tersebut hanya diterangi sinar lampu minyak, sedangkan ibunya dengan penuh kasih sayang menunggui anaknya sambil menjahitkan baju untuk sang anak.

Saat memasuki musim gugur, adalah waktu bagi anaknya untuk memasuki sekolah menengah atas. Tetapi justru saat itulah ibunya menderita penyakit rematik yang parah sehingga tidak bisa lagi bekerja disawah. Di sekolah itu, setiap bulannya murid-murid diharuskan membawa 30 kg beras untuk dibawa ke kantin sekolah. Sang anak mengerti bahwa ibunya tidak mungkin bisa memberikan tiga puluh kg beras tersebut.

Berkatalah ia kepada ibunya: " Bu, saya mau berhenti sekolah saja dan membantu ibu bekerja disawah". Ibunya mengelus kepala anaknya dan berkata : "Niat kamu sungguh mulia nak, kamu memiliki niat seperti itu saja ibu sudah senang, tetapi kamu tetap harus sekolah. Jangan khawatirkan ibu ya nak. Cepatlah pergi daftarkan ke sekolah nanti berasnya biar ibu yang akan mengantarkannya kesana".

Karena anaknya tetap bersikeras tidak mau mendaftar ke sekolah, ibunya pun menampar sang anak tersebut. Dan ini adalah pertama kalinya sang anak ini dipukul oleh ibunya. Dengan berat hati, akhirnya anaknya pergi juga kesekolah. Ibunya terus berpikir dan merenung dalam hati sambil melihat bayangan anaknya yang pergi menjauh.

Tak berapa lama, dengan terpincang-pincang dan nafas tergesa-gesa Ibunya datang kekantin sekolah dan menurunkan sekantong beras dari pundaknya, pengawas yang bertanggung jawab menimbang beras dan membuka kantongnya lalu mengambil segenggam beras tersebut dan menimbangnya. Tiba tiba dia berkata : " Hai wali murid, kami tidak menerima beras yang isinya campuran beras dan gabah. Jangan menganggap kantin saya ini tempat penampungan beras campuran". Begitu malu nya sang ibu ini, hingga tak henti hentinya berkali-kali meminta maaf kepada ibu pengawas tadi.

Awal bulan berikutnya ibu ini memikul sekantong beras dan masuk kedalam kantin. seperti biasanya beras tersebut diteliti oleh pengawas. Dengan alis yang mengerut, ibu pengawas berkata: "Masih dengan beras yang sama". Selanjutnya kalau begini lagi, maka saya tidak bisa menerimanya".

Sang ibu sedikit takut dan berkata : "Ibu pengawas, beras dirumah kami semuanya seperti ini jadi bagaimana? Pengawas itu pun tidak mau tahu dan berkata : "Berapa luas sawah yang ibu kerjakan, sehingga berasnya bisa bermacam macam seperti ini". Mendengar sindiran pertanyaan seperti itu sang ibu tersebut akhirnya tidak berani berkata apa-apa lagi.

Awal bulan ketiga, sang ibu datang kembali ke sekolah. Sang pengawas kembali marah besar dengan kata-kata kasar dan berkata: "Kamu sebagai wali murid kenapa begitu keras kepala, kenapa masih tetap membawa beras yang sama. Bawa pulang saja berasmu itu !"

Dengan berlinang air mata sang ibu pun berlutut di depan pengawas tersebut dan berkata: "Maafkan saya bu, sebenarnya beras ini saya dapat dari mengemis".

Mendengar kata sang ibu, pengawas itu kaget dan tidak bisa berkata apa-apa lagi. Dilihatnya ibu tua tadi duduk diatas lantai, menggulung celananya dan memperlihatkan kakinya yang sudah mengeras dan membengkak.

Ibu renta tersebut menghapus air mata dan berkata: "Saya menderita rematik stadium terakhir, bahkan untuk berjalan pun susah, apalagi untuk bercocok tanam. Anakku sangat mengerti kondisiku sehingga mau berhenti sekolah untuk membantuku bekerja disawah. Tapi saya melarang dan menyuruhnya bersekolah lagi."

Selama ini saya tidak pernah memberi tahu sanak saudara yang ada dikampung sebelah. Lebih-lebih untuk mengatakannya pada anakku, aku takut melukai harga dirinya.

Setiap hari pagi-pagi buta dengan kantong kosong dan bantuan tongkat, aku pergi ke pasar, tempat orang berjualan beras, hanya untuk mengemis beras beras yang tercecer di trotoarnya. Dengan susah payah aku mendatangi toko demi toko hanya utnuk mencari ceceran itu. Sampai hari sudah gelap, akupun pelan-pelan kembali kekampung sendiri. Sehingga sampai pada awal bulan semua beras yang terkumpul memenuhi syarat untuk diserahkan kesekolah.

Pada saat ibu tua itu bercerita, secara tidak sadar air mata Pengawas itupun mulai mengalir, kemudian mengangkat ibu tersebut dari lantai dan berkata: "Bu sekarang saya akan melapor kepada kepala sekolah, supaya bisa diberikan sumbangan untuk keluarga ibu."

Sang ibu buru- buru menolak dan berkata: "Jangan, kalau anakku tahu ibunya pergi mengemis untuk sekolah anaknya, maka itu akan menghancurkan harga dirinya. Dan itu akan mengganggu sekolahnya. Saya sangat terharu dengan kebaikan hati ibu pengawas, tetapi tolong ibu bisa menjaga rahasia ini."

Akhirnya masalah ini diketahui juga oleh kepala sekolah. Secara diam- diam kepala sekolah membebaskan biaya sekolah dan biaya hidup anak tersebut selama tiga tahun. Setelah Tiga tahun kemudian, sang anak tersebut lulus masuk ke perguruan tinggi Qing hua dengan nilai 627 point.

Dihari perpisahan sekolah, kepala sekolah sengaja mengundang ibu dari anak ini duduk diatas tempat duduk utama. Ibu ini merasa aneh, begitu banyak murid yang mendapat nilai tinggi, tetapi mengapa hanya ibu ini yang diundang.

Yang lebih aneh lagi disana masih terdapat tiga kantong beras. Pengawas sekolah tersebut akhirnya maju kedepan dan menceritakan sebuah kisah tentang seorang ibu yang mengemis beras demi sekolah anaknya. Kepala sekolah pun menunjukkan tiga kantong beras itu dengan penuh haru dan berkata kepada para hadirin seraya menunjuk pada ibu tadi : "Inilah sang ibu dalam cerita tadi."

Dan mempersilakan sang ibu yang luar biasa tersebut untuk naik keatas mimbar. Anak dari sang ibu tersebut dengan ragu-ragu melihat ke arah gurunya yang sedang menuntun ibunya berjalan keatas mimbar.

Sang ibu dan sang anakpun saling bertatapan. Pandangan ibu yang hangat dan lembut kepada anaknya membuat sang anak tak kuasa untuk menahan tangisnya, dipeluknya sosok tua dihadapannya itu dan merangkul erat ibunya sambil terisak seraya berkata: "Begitu mulianya engkau Ibu, sungguh aku tak bisa untuk membalasnya……

Tak Ada Satupun Yang Dapat Menandingi Keindahan Tangan ibu

Semoga cerita dibawah ini dapat menjadi renungan buat kita semua. Ketika ibu saya berkunjung, ibu merajuk untuk diantarkan ke sebuah pusat perbelanjaan karena dia menginginkan baju baru untuk kondangan.

Terus terang, sebenarnya saya sendiri tidak begitu suka pergi ke tempat tempat tersebut dan saya bukan tipe orang yang sabar, tetapi walaupun demikian kami pergi juga ke pusat perbelanjaan untuk membeli baju ibu.

Kami mengunjungi setiap butik yang menyediakan pakaian wanita dan ibu saya mencoba sehelai demi sehelai pakaian lalu mengembalikannya ke tempat semula. katanya tidak ada Yang cocok.

Seiring waktu yang berlalu, saya mulai lelah dan kelihatan jelas kecewa di wajah tua ibu. Akhirnya pada butik terakhir yang kami kunjungi, ibu saya mencoba satu baju yang sangat cantik.

Dan karena ketidak sabaran saya, maka kali ini saya ikut masuk dan berdiri bersama ibu saya dalam fitting room, saya melihat bagaimana ibu mencoba pakaian tersebut, dan bagaimana dengan susah payah dia mencoba untuk mengenakannya.

Ya Allah Ya Robb, Ternyata tangan-tangannya sudah mulai dilumpuhkan oleh penyakit radang sendi dan sebab itulah ibu agak kewalahan melakukannya, pantas saja tidak ada yang cocok menurutnya, karena yang ibu cari adalah baju yang mudah dia kenakan. seketika itu ketidaksabaran saya digantikan oleh suatu rasa kasihan yang mendalam kepadanya.

Saya berbalik pergi dan mencoba menyembunyikan air mata yang keluar tanpa saya sadari. Setelah saya mendapatkan ketenangan lagi, saya kembali masuk ke fitting room untuk membantu ibu mengenakan pakaiannya.

Pakaian ini begitu indah, dan ibupun akhirnya membelinya. Shopping kami telah berakhir, tetapi kejadian tersebut terukir dan tidak dapat dilupakan dari ingatan.

Sepanjang sisa hari itu, pikiran saya tetap saja kembali pada saat berada di dalam fitting room tersebut dan terbayang tangan ibu saya yang sedang berusaha mengenakan pakaiannya.

Kedua tangan yang penuh dengan kasih sayang, yang pernah menyuapi, memandikan saya, memakaikan baju, membelai dan memeluk saya, dan terlebih dari semuanya, selalu mengadah berdoa untuk saya.

Sekarang tangan itu telah menyentuh hati saya dengan cara yang paling berbekas dalam hati saya.

Pada malam harinya, saya pergi ke kamar ibu dan mengambil tangannya, lantas menciumnya hingga membuatnya terkejut, saya memberitahunya bahwa bagi saya kedua tangan tersebut adalah tangan yang paling indah di dunia ini.

Saya sangat bersyukur bahwa Tuhan telah membuat saya dapat melihat dengan sejelasnya, betapa bernilai dan berrharganya kasih sayang yang penuh pengorbanan dari seorang ibu.

Saya hanya dapat berdoa bahwa suatu hari kelak tangan saya dan hati saya akan memiliki keindahannya tersendiri. Dunia ini memiliki banyak keajaiban, segala ciptaan Tuhan yang begitu agung, tetapi tak satu pun yang dapat menandingi keindahan tangan Ibu.

Pelajaran Berharga Dari Sebuah Keiklasan

Di sebuah sudut pasar kota Madinah ada seorang pengemis buta yang setiap harinya selalu berkata kepada setiap orang yang mendekatinya, “Wahai saudaraku, jangan dekati Muhammad, dia itu orang gila, dia itu pembohong, dia itu tukang sihir apabila kalian mendekatinya maka kalian akan dipengaruhinya.”

Tiada hal lain yang di lakukan si buta setiap hari kecuali menengadahkan tangan dan meneriakkan kata-kata itu berulang-ulang kali. Namun demikian, setiap pagi selalu ada seorang pria yang mendatangi pengemis itu dengan membawakannya makanan, dan tanpa berucap sepatah kata pun, pria itu selalu menyuapkan makanan yang di bawanya kepada pengemis buta itu.

Suatu ketika, pria yang biasanya datang memberinya makan tidak lagi datang kepadanya. Pengemis buta itu semakin hari semakin lapar dan bertanya-tanya dalam dirinya apa yang terjadi dengan pria itu. Sampai suatu pagi ada seorang pria yang mendatanginya memberinya makan. Namun, ketika dia mulai menyuapinya, si pengemis marah sambil menghardik, “siapakah kamu? Engkau bukan orang yang biasa mendatangiku.”
“Aku adalah orang yang biasa,” kata pria itu.
“Tidak mungkin. Engkau bohong.

Apabila ia datang kepadaku tidak susah tangan ini memegang dan tidak susah mulut ini mengunyah. Orang yang biasa mendatangiku itu, sebelum ia menyuapiku, dia selalu mengusap rambutku terlebih dahulu, Selalu menyuapiku, tapi terlebih dahulu dihaluskannya makanan tersebut, setelah itu ia berikan padaku, sehingga tidak sulit mulut ini mengunyah,” jawab pengemis buta itu.

Mendengar jawaban itu, pria tadi tidak dapat menahan air matanya, ia manangis sambil berkata kepada pengemis itu, “Aku memang bukan orang yang biasa datang kepadamu. Aku adalah salah seorang dari sahabatnya. Namaku Abu Bakar. Orang mulia yang biasa memberimu makan itu telah meninggal dunia. Dia adalah Muhammad SAW.”

Pengemis buta itu terkejut. Tubuhnya tergetar. Tidak ada kata-kata yang keluar dari mulutnya. Hanya air mata yang mengalir di pipinya. Deras, seolah tak terbendung, mengenang Manusia sempurna. Muhammad saw bin Abdullah

Kisah Ibu Tua Yang Hendak Di terlantarkan

Ini cerita dari Jepang kuno. Mudah mudahanan bisa kita ambil hikmahnya (cerita ini didapat dari buku pelajaran bahasa Jepang). Konon pada jaman dahulu, di Jepang ada semacam kebiasaan untuk membuang orang lanjut usia ke hutan. Mereka yang sudah lemah tak berdaya dibawa ke tengah hutan yang lebat, dan selanjutnya tidak diketahui lagi nasibnya.

Alkisah ada seorang anak yang membawa orang tuanya (seorang wanita tua) ke hutan untuk dibuang. Ibu ini sudah sangat tua, dan tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Si anak laki-laki ini menggendong ibu ini sampai ke tengah hutan. Selama dalam perjalanan, si ibu mematahkan ranting-ranting kecil. Setelah sampai di tengah hutan, si anak menurunkan ibu ini.

"Bu, kita sudah sampai" kata si anak. Ada perasaan sedih di hati si anak. Entah kenapa dia tega melakukannya.

Si ibu , dengan tatapan penuh kasih berkata:"Nak, Ibu sangat mengasihi dan mencintaimu. Sejak kamu kecil, Ibu memberikan semua kasih sayang dan cinta yang ibu miliki dengan tulus. Dan sampai detik ini pun kasih sayang dan cinta itu tidak berkurang.

Nak, Ibu tidak ingin kamu nanti pulang tersesat dan mendapat celaka di jalan. Makanya ibu tadi mematahkan ranting-ranting pohon, agar bisa kamu jadikan petunjuk jalan".

Demi mendengar kata-kata ibunya tadi, hancurlah hati si anak. Dia peluk ibunya erat-erat sambil menangis. Dia membawa kembali ibunya pulang dan merawatnya dengan baik sampai ibunya meninggalkan dunia.

Mungkin cerita diatas hanya dongeng. Tapi di jaman sekarang, tak sedikit kita jumpai kejadian yang mirip cerita diatas. Banyak manula yang terabaikan, entah karena anak-anaknya sibuk bisnis dll. Orang tua terpinggirkan, dan hidup kesepian hingga ajal tiba. kadang hanya dimasukkan panti jompo (baca: curhat seorang kakek dari panti jompo), dan ditengok kalau ada waktu saja.

Kiranya cerita diatas bisa membuka mata hati kita, untuk bisa mencintai orang tua dan manula. Mereka justru butuh perhatian lebih dari kita, disaat sisa umur mereka menunggu waktu dipanggil Tuhan yang maha kuasa. Ingatlah perjuangan mereka pada waktu mereka muda, membesarkan kita dengan penuh kasih sayang, membekali kita hingga menjadi seperti sekarang ini.

Hanya ada Sebutir Batu Untuk Ali

Pagi baru saja merayap, gelap masih mencengkram lemah, sementara subuh sudah terlewati hampir setengah jam yang lalu, dan rona fajar masih enggan menampakan wajahnya. Dua orang bocah tampak terburu-buru melarikan diri dari sajadah tempat ia bersujud, berlari menuju pantai yang saat itu sangat tenang.

Tiba dipesisir pantai, sang kakak mencari tempat yang tinggi agar bisa melihat perahu besar yang katanya akan membawa sekaleng susu untuk dirinya dan adik-adiknya. Seorang bocah, Husien, berumur 5 tahun tampak antusias berdialog dengan adiknya yang berusia 3 tahun, bernama Ali. Sang adik menanyakan kapan segelas susu penuh buatnya akan tiba.

"Adikku sayang, sabar ya sebentar lagi kita akan meminum susu sampai puas, tidak seperti hari-hari yg lalu, dimana kita jarang sekali minum susu, meski hanya setengah gelas, sebab kita harus berbagi dengan adik bayi kita".

"Iya kak, aku senang sekali, kata ibu, kita akan mendapat bantuan susu dari saudara kita dari tempat yang jauh di seberang dunia sana.”,

“makanya dik, ibu menyuruh kita kemari untuk mengantri, kasihan ibu di rumah sendiri bersama adik bayi.

“Sejak ayah pergi dan tak pernah kembali, hanya ibu yang memberi makanan kepada kita, dan bantuan para tetangga yang baik hati, untuk itu mari kita doakan dik, agar mereka cepat sampai disini.”
“Baik kak”.

Keduanya lantas merebahkan diri di pasir, menatap langit yang mulai memerah, mengiringi kepergian bintang-bintang seraya mengharap kepada sang pencipta untuk mengabulkan doa mereka.

Angin pantai yang mulai datang perlahan meniup-niup kelopak mata mereka, dan mereka tertidur hingga sengatan matahari membangunkan kedua bocah yang mulai terasa lapar itu. “Kak Husien, bangun...bangun.. nanti kita tidak kebagian susu..” teriak Ali membangunkan kakaknya.” “hmmm..ternyata sudah siang, ayo kita menuju ke kerumunan orang-orang itu.

Dua bocah kecil berlari kencang menuju kerumunan orang yang terlihat lesu tak besemangat. Sang kakak bertanya pada seorang kakek, “Kakek, mana susu buat kita, apakah sudah dibagikan, kami harus buru-buru pulang sebab adik bayi kami pasti kelaparan belum minum susu”

“Iya kek, mana jatah untuk kami” kata Ali. “Sabar ya nak, perahu susumu di rampok oleh tentara jahat itu, jadi kembalilah kepada ibumu..” Sang adik tertegun...”jadi kita tidak dapat susu ya kak...”
”Iya dik”

Kedua bocah pun berlari kembali kerumahnya, sesampai dirumah, sang ibu menanyakan kabar kepada kedua anaknya yang masih balita itu, usia mereka memang balita, tetapi, fikiran dan tingkah laku mereka terlihat lebih dewasa dari usia seharusnya, keadaan yg memaksa akibat isolasi tentara zionis membuat mereka hidup lebih tegar, tidak ada tampang cengeng dan merajuk seperti anak-anak balita didunia luar sana.

“bagaimana nak, dapat susunya?” tanya ibunya dengan tatapan haru. “Tidak bunda, kata kakek tadi, kapal pembawa susu itu dirampok tentara zionis” jadi kita tidak dapat susu, jangan menangis ya bunda, sebab aku dan adik masih bisa kok memerah susu kambing untuk adik bayi, jadi bunda tidak usah khawatir ya..” ,

“Tidak, nak, gumam sang ibu dalam hati, bukan bunda yang harusnya jangan menangis, tetapi kamu dan adikmulah yang seharusnya menangis, karena jatah susumu hilang diambil orang, Ibu bangga kepada mu nak, kamu tidak bersedih, malah mengayomi ibu untuk tidak bersedih.

Sambil mengusap air mata, agar tak terlihat cengeng dimata kedua anaknya sang ibu berkata. ”Tidak mengapa nak, mungkin belum rezeki kita, memang tidak seharusnya kita meminta-minta kepada manusia, sebab Allahlah yang selama ini menjaga kita. Toh meski dalam kondisi yang sulit saat ini dan ayahmu telah syahid meninggalkan kita, kita masih tetap bisa hidup. Kita berdoa saja agar Allah tetap menjaga kita dan bangsa ini. Juga kita berdoa kepada Allah agar saudara-saudara kita dinegeri lain sana tetap tabah dan kuat untuk kembali mengirimkan susu untuk kamu dan adikmu".
”Iya bu”. kata kedua anaknya serempak

Ini sebuah batu untuk mu, dan satu batu lagi untuk adikmu, Ali, ganjallah perutmu dengan batu itu, sampai ibu bisa bertemu dengan orang yang baik hati, doakan ibu ya nak...”

Nun jauh disana di negeri merdeka bernama INDONESIA, banyak para keluarga bersama anak-anaknya berkumpul disebuah restoran terkenal dari AS, restoran yg dimiliki penyandang dana bagi tentara yang telah merompak susu milik Ali. Secara perlahan, suap-demi suap dari fastfood yg mereka makan, menjelma menjadi batu-demi batu yang menjadi pengganjal perut Ali, perut kakaknya Husien dan perut adik bayinya......Ya Robb